Merayu Diri Agar Mencintai Al-Qur’an

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku” (QS Al-Fajr [89]:27-30) Ungkapan lembut tersebut adalah rayuan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang juga disertai ajakan yang provokatif. Bagaimana mungkin kita tidak tergiur dengan rayuan semacam itu? Kita bisa bekerja dengan keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Qur’an. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu…

Share

Jangan Suka Memvonis Diri

“Dan mereka berkata: ‘Hati kami tertutup’. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk hati mereka karen keingkaran mereka. Maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (QS Al-Baqarah [2]:88) Sikap suka memvonis diri bertolak belakang dengan tawadlu untuk membuka diri terhadap dakwah. Ketika dakwah Rasulullah ditanggapi kaum Yahudi dengan “Saya tidak mungkin mampu menerima da’wah ini, karena hati saya sudah tertutup” berarti mereka bukan saja jauh dari hidayah Al-Qur’an bahkan Allah Swt melaknat sikap kufur tersebut dan mereka jauh untuk menjadi manusia yang beriman.

Share

Jangan Merasa Takut Terhadap Keadaan Masa Depan

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-Ahqaf [46]:13-14) Bagi pribadi yang sedang mendekatkan diri dengan Al-Qur’an misalnya bertekad menjadi hafidz 30 juz, godaan yang sering menggelayuti adalah kekhawatiran terhadap masa depan, seperti maisyah, walimah, serta pertanyaan-pertanyaan bernada negatif yang lain. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada rasa takut dan sedhi bagi manusia yang berada…

Share

Berbahagia Jika Kita Bersama Orang-orang Yang Sedikit

“Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga). Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan segolongan sedikit dari orang-orang generasi terakhir.” (QS. Al-Waqi’ah [56]:10-14)

Share

Berlatih dengan Ekstrim

“Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” (QS Al-Insan [76]:26) Melatih diri untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an membutuhkan upaya-upaya yang ‘ekstrim’. Menurut kita sangat berat, padahal hal tersebut sudah biasa dilakukan para salafush shalih. Contohnya menghafal Al-Qur’an sebanyak enam ribu ayat dihafal luar kepala. Contoh amalan lain yang dianggap ekstrim oleh manusia sekarang karena jarang dilakukan adalah:

Share

Kokohkan Tekad, Jangan Mudah Berubah Pikiran

“………Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya……”(QS Fushshilat [41]:6) Sikap istiqamah dan istighfar memiliki hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Dalam hal berinteraksi dengan Al-Qur’an, khususnya menghafal, sering ada gangguan yang menyebabkan kita berubah pikiran. Tadinya bersemangat dan sangat berkeinginan untuk menghafal Al-Qur’an, tiba-tiba kehilangan daya tarik untuk menyempurnakan keinginan menghafal Al-Qur’an yang selama ini diperjuangkan. Kiat-kiat agar tak mudah berubah pikiran dan tetap memiliki keinginan yang terus hidup:

Share

Jangan Merasa Takut Tidak Kebagian Rezeki

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya apa yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.”(QS Adz-Dzariyat [51]:22-23) Rezeki adalah sumber kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, ada sebagian manusia yang walaupun rezekinya pas-pasan namun kehidupannya bahagia dan tenang (sakinah) karena mereka memiliki pemahaman yang benar tentang rezeki. Sementara tidak sedikit yang sebaliknya, gelisah, frustasi, bahkan mengalami penyimpangan aqidah karena kesalahan pemahaman tentang hakikat rezeki. Penjelasan mengenai rezeki dari Al-Qur’an: Rezeki adalah sesuatu yang…

Share

Meraih Cita-cita dari yang Terdekat

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.” (QS Al-Baqarah [2]:201) Hakikat orientasi kehidupan seorang muslim tidak terlepas dari dua cita-cita besar di atas walaupun akhirat harus lebih diutamakan. “Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (QS Al-A’la [87]:17)  Manusia memiliki sifat tergesa-gesa atau senang dengan yang disegerakan. Misalnya segera menerima gaji setelah bekerja, segera ada apresiasi dari lingkungan setelah beramal shalih, segera mendapatkan banyak pendukung ketika berdakwah, dan sebagainya. Yang demikian adalah contoh target jangka pendek yang dicita-citakan mu’min sebelum mencapai tujuan tertinggi, surga Allah di akhirat kelak.

Share

Mencari Figur Teladan

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam [68]:4) Ketika iman kita semakin baik, tanpa terasa semakin banyak kebiasaan sehari-hari kita yang dipengaruhi oleh figur Rasulullah Saw yang kita cintai, kagumi, ikuti dan teladani. Figur seseorang dalam kadar tertentu biasanya sangat bermanfaat untuk menjadi sumber motivasi dan inspirasi dalam meraih suatu keinginan, termasuk untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an. Untuk itu, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: Jangan sampai mempunyai sikap hanya mau beramal shalih jika figurnya ada di sampingnya, sebagaimana sikap membelotnya bani Israil ketika ditinggalkan Nabi Musa…

Share

Berdoalah Sebanyak-banyaknya

“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.’ ” (QS Al-Mu’min [40]: 60) Berdoa adalah lambang rasa rendah diri dan ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah yang dapat menumbuhkan perasaan ubudiyah (penghambaan) kepada Allah Swt. Rasulullah Saw menjelaskan masalah ini dalam sebuah hadits: “Tidaklah di atas bumi ini seorang muslim berdoa kepada Allah, kecuali Allah akan memberinya tiga hal:

Share