Salah Kaprah Menyambut Bulan Ramadhan

Tema ini sengaja kami bahas, dengan harapan bisa lebih memurnikan niat dan aktivitas selama bulan Ramadhan tahun ini. Penulis menyadari bahwa sebenarnya kita sudah mengerti dan mengamalkan ibadah Ramadhan ini selama bertahun-tahun, namun ada baiknya kita review sejenak hal-hal yang tidak relevan dengan ibadah Ramadhan. Ibarat mau makan, mari kita singkirkan dulu hal-hal yang tidak layak untuk dimakan misalnya kemasan plastik, bungkus dan lain-lain, agar kita benar-benar dapat merasakan nikmatnya ibadah Ramadhan. Berikut beberapa kekeliruan yang sering kita jumpai atau dilakukan terkait dengan ibadah Ramadhan.
1. Istilah Bulan Suci Ramadhan
Kita sering mendengar istilah Bulan Suci Ramadhan. Istilah ‘bulan suci’ memang ada dalam Al-Quran surat At-Taubah 5, “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu…”. Yang dimaksud dengan bulan suci atau bulan haram dalam ayat ini ialah bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Bulan ramadhan bukanlah bulan suci seperti disebut dalam ayat tersebut. Jadi istilah bulan suci Ramadhan sebenarnya kurang tepat digunakan.
Istilah yang cocok dan boleh dipadankan ialah bulan ibadah, bulan barakah dan bulan magfirah. Di antara ketiga istilah ini yang paling tepat digunakan ialah bulan ibadah, karena tidak ada status shaum yang menjadi rukun islam ketiga selain shaum di bulan Ramadhan. Untuk memastikan bahwa ibadah shaum yang rukun Islam ketiga ini semata-mata hanya di bulan Ramadhan, secara syari’at diharamkan berpuasa pada tanggal 30 Sya’ban dan 1 Syawal.
Status ibadah Ramadhan bukanlah dihitung harian, melainkan penuh selama satu bulan siang dan malam. Di siang hari kita melakukan shiyaam dan di malam hari melakukan qiyaam. Itulah yang dimaksud dengan shiyaamu Ramadhan dan qiyaamu Ramadhan. Jadi sepatutnya kita menggunakan waktu selama satu bulan Ramadhan itu dengan ibadah siang dan malam tidak sekedar puasa di siang hari saja.
2. Shalat 5 Waktu Berjamaah
Nabi Muhammad SAW seumur hidupnya selalu melaksanakan shalat berjamaah lima waktu di mesjid kecuali kalau ada perjalanan ke luar Madinah. Maka di bulan Ramadhan sudah seharusnya mesjid terisi penuh setiap waktu shalat, tidak hanya saat tarawih saja. Menjadi salah kaprah, kalau kita menganggap shalat tarawih lebih utama dibandingkan shalat isya berjamaah. Untuk itu marilah kita bulatkan niat dan tekad untuk selalu shalat berjamaah lima waktu di mesjid. Di manapun kita berada kalau sudah saatnya adzan, maka carilah mesjid untuk shalat berjamaah.
Rasul sangat menekankan shalat berjamaah ini, beliau bahkan mau membakar rumah yang penghuninya tidak shalat berjamaah. Begitupun saat seorang sahabat yang buta (Abdullah bin Ummi Maktum) minta dispensasi agar tidak shalat berjamaah, Nabi tetap menyuruhnya untuk shalat berjamaah di mesjid.
Selain shalat berjamaah lima waktu, wujud nyata qiyaam Ramadhan yang harus kita bangun dan dilakukan secara proaktif yaitu sebagai berikut: khatam al-Quran, i’tikaf pada sepuluh hari terakhir serta zakat dan sedekah.
3. Ngabuburit
Sudah menjadi tradisi di Indonesia, seseorang melaksanakan aktivitas ngabuburit untuk menunggu datangnya adzan maghrib dengan kegiatan yang kurang berpahala. Padahal yang paling utama untuk menunggu adzan adalah membaca al-Quran, berdzikir, dan ibadah lainnya di mesjid, sehingga bisa shalat maghrib berjamaah.
4. Berpuasa Tanpa Menutup Aurat
Khusus bagi kaum perempuan, dengan sadar kita selalu menutup aurat saat melaksanakan ibadah shalat, namun tidak sadar saat berpuasa tidak menutup aurat. Status ibadah shaum pada dasarnya sama dengan ibadah shalat, sehingga orang yang melakukan shaum wajib menutup aurat.
5. Undangan Buka Puasa di Rumah Pejabat (Hotel dan Restoran)
Undangan buka puasa di rumah pejabat atau hotel pada hakikatnya bertentangan dengan semangat ramadhan sebagai bulan ibadah dan bulan peduli faqir miskin. Saat buka bersama dilakukan di hotel, maka kemungkinan besar shalat maghribnya bukan di mesjid sehingga rumah Allah menjadi sepi.
Berdasarkan hal ini, bukan berarti kita tidak boleh melaksanakan buka puasa, namun alangkah baiknya kalau kita melaksanakannya dengan tidak bertentangan dengan sunnah yaitu sebagai berikut:

  • Ta’jil dilaksanakan di mesjid terdekat rumah pengundang
  • Shalat maghrib dan isya dilaksanakan dengan berjamaah di mesjid terdekat
  • Undangan mencakup golongan fakir dan miskin
  • Makanan tidak mewah dan tidak berlebihan

6. Bedug, Petasan dan Ketupat
Bedug bukanlah berasal dari tradisi islam dan tidak ada hubungan syariah dengan ibadah Islam, ia hanya tradisi semata. Sebenarnya bedug bermanfaat bagi umat islam yang hidup pada zaman belum ada jam dan pengeras suara. Kalau keberadaan bedug hanya sebagai hiasan mesjid maka boleh-boleh saja, namun kalau bedug dipercaya harus menjadi bagian dari kesempurnaan mesjid maka itu sudah termasuk perkara bid’ah.
Kalau melihat kuil-kuil yang ada di Thailand, maka akan kita jumpai bedug-bedug yang sama bentuknya dengan mesjid Indonesia. Jadi sebenarnya bedug di Indonesia sudah ada sejak jaman Budha sebelum Islam datang.
Petasan berasal dari tradisi china dan tidak relevan dengan ibadah dan syariah Islam. Namun petasan ada sifat yang bertentangan dengan Islam yakni merusak, mengganggu orang lain, riya atau ujub, tabdzir (mubadzir), dan israf (berlebihan).
Ketupat berasal dari tradisi lokal yang netral dan tidak dilarang syariah. Namun kita harus hati-hati kalau ketupat sudah masuk wilayah pemujaan maka ia menjadi bertentangan dengan tauhid Islam, misalnya gerebegan dan sekatenan. Dalam kegiatan ini seseorang mempercayai adanya berkah di dalam ketupat itu, bahkan ia rela berebut untuk mendapatinya.
(Dikutip dari Pengajian Ahad, Mesjid Darussalam Kota Wisata, 8 Agustus 2009, Narasumber: Ust. A. Chalil Ridwan Lc.)
(Disalin dari Nasehat Islam dengan sedikit perbaikan teks)

Share

Related posts

5 Thoughts to “Salah Kaprah Menyambut Bulan Ramadhan”

  1. ali

    Subhanalloh, ketika Islam difahami maka keindahan warna kehidupan seorang muslim akan mewarnai lembaran-lembaran perjalanan hidupnya. Tetapi ketika Islam dijalankan atas dasar turun temurunnya wasiat nenek moyang yang tak berdasar Al-Qur’an dan As-sunnah ,maka jadilah ummat ini miniatur kehidupan jahiliyyah.Na’udzubillah. Jazaakalloh atas artikelnya.

  2. shan

    izin share y,, 🙂

  3. Budi

    Buat penulis, “Barokallaah….”
    Matur nuwun nasehatnya….

  4. Terima kasih atas pencerahannya… Alhamdulillah.

  5. Semoga kita semua di tunjukkan jalan yang lurus oleh Allah AWT. Amiin…

Leave a Comment