Mengapa Ramadhan 1429H di Mekkah Hanya 29 Hari?

Dalam penanggalan hijriah, siklus 1 bulan bagi penduduk bumi adalah 29,5305882 hari (http://www.moonconnection.com/moon_phases.phtml). Agar dapat sinkron dengan perubahan siang-malam sebagai siklus 1 hari, penanggalan hijriah dibulatkan menjadi 29 atau 30 hari.
Ternyata, pembulatan 29 atau 30 hari tersebut tidaklah berlaku sama di semua tempat di bumi. Ada daerah yang mendapat pembulatan 29 hari, ada pula yang 30 hari. Buktinya, tahun 1429H ini, Ramadhan di Mekkah hanya 29 hari sedangkan di Indonesia 30 hari. Apakah ada penghitungan atau observasi hilal yang salah?
Untuk patokan jam internasional dan penentuan hari pada penanggalan matahari, dikenal istilah Greenwich Mean Time (GMT). Zona waktu Mekkah dan Riyadh adalah GMT+3, sedangkan Jakarta adalah GMT+7. Dengan demikian, menurut penanggalan matahari, Jakarta selalu dianggap lebih dahulu 4 jam daripada Mekkah.
Dalam penentuan 1 Syawal, Ketua Badan Hisab dan Rukyat yang juga Direktur Urusan Agama Islam Depag, Muchtar Iljas menyampaikan hasil rukyatul hilal (pengamatan bulan baru) bahwa dari hasil pemantauan di 25 lokasi dari Banda Aceh hingga Jayapura semua melaporkan tidak melihat hilal pada 29 Ramadhan 1429H (http://www.dakwatuna.com/2008/persatuan-umat-harus-dijaga/).
Penjelasan logisnya begini. Ketika penentuan 1 Ramadhan, hilal terlihat pertama kali di timur Indonesia (sekitar GMT-6 hingga GMT-8), sehingga Jakarta dan Mekkah sama-sama memulai puasa pada 1 September 2008. Nah, sesuai dengan siklusnya yang 29,5 hari, di akhir Ramadhan, hilal Syawal akan pertama kali terlihat di GMT+6 hingga GMT+4, di sebelah barat Indonesia, tetapi masih di sebelah timur Saudi.
Bagi kelompok yang berlebaran tanggal 30 September 2008 di Jakarta, mereka malah mendahului lebaran di Saudi yang baru berlangsung 4 jam kemudian, dan saat itu sebenarnya masih 30 Ramadhan di Indonesia. Adapun yang berlebaran di Jakarta tanggal 1 Oktober 2008 dapat dipandang bahwa lebarannya sama-sama 1 Syawal tetapi Mekkah lebih dahulu 20 jam memasukinya.
Kebingungan dan perbedaan hari lebaran di Indonesia yang sering terjadi lebih disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Patuhnya kita kepada sistem penanggalan matahari yang digunakan oleh dunia internasional.
2. Butanya kita terhadap ilmu penanggalan bulan.
3. Kepatuhan berlebihan kepada kelompok sehingga kurang kritis terhadap pimpinan yang bisa saja salah.
4. Patokan untuk penanggalan matahari adalah tetap dan absolut yang kini dikenal dengan istilah GMT, sedangkan untuk penanggalan bulan patokannya relatif dan berpindah-pindah, oleh karena itu diperlukan pengamatan (rukyatul hilal). Dengan rumus yang sudah diketahui, pengamatan dapat disimulasikan atau ditebak melalui perhitungan.
Semua yang benar datangnya dari Allah SWT, dan bila ada yang salah adalah kelemahan penulis. Selamat hari raya Idul Fitri, taqabbalahhu minnaa waminkum shaalihal a’maali, wa kullu ‘aamin wa antum bikhairin (semoga Allah menerima amal-amal baik kita, dan semoga dalam semua hari-hari sepanjang tahun kita selalu dalam kebaikan). Amin. Wallahu a’lam bishshowwab.
Arif Rahmat, BinaMuslim.Com

Share

Related posts

5 Thoughts to “Mengapa Ramadhan 1429H di Mekkah Hanya 29 Hari?”

  1. afi

    Assalamualaikum Wr Wb
    setuju, seperti yang telah terjadi pada Ramadhan dan Idul Fitri di tahun-tahun sebelumnya, umat muslim negri kita kita terpecah dalam melaksanakan sholat Idul Fitri, masing-masing menggunakan dasar perhitunganya sendiri. Dan dengan perhitungan kalender seperti yang saudara utarakan diatas, saya rasa merupakan alasan yang logis untuk mendasari bahwa Hari Raya Idul Fitri di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Oktober, walaupun secara hitungan hari, di Makkah Idul Fitri pada tanggal 30 September, tapi ketika hilal muncul di Makkah, di Indonesia belum muncul, maka untuk amannya di Indonesia mengikuti Idul Fitri tanggal 1 Oktober, dengan kata lain membulatkan jumlah bilangan bulan Ramadhan selama 30 hari.

    kiblat umat muslim adalah Ka’bah, jadi bagaimana alasanya kalau kita mendahului kiblat? Wallahu alam bisowab, segala kebenaran di tangan Allah, akal manusia terbatas. semoga Allah meridhoi
    Wass

  2. anang

    Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
    Andaikata, negara kita ini membentang mencakup Ka’bah (4 jam dibelakang kita), saat saudara kita di Ka’bah melihat bulan baru tanggal 1 Syawal, apakah kita disini tetap menetapkan tanggal 30 Ramadhan? Sementara kita sama-sama dalam keadaan “malam” dan hanya mendahului mereka 4 jam saja. Apakah kalau hari ini tanggal 8 Syawal (di Ka’bah) kita disini tetap bersikeras mengangap tanggal 7 Syawal?
    Lalu bagaimana jika di Aceh melihat bulan baru sementara di Papua belum melihat bulan baru saat keduanya memasuki malam pada waktunya masing-masing? Apakah hanya karena sama-sama bernama Indonesia keduanya harus menerima bulan baru? Apa bedanya penyesuaian sama-sama masuk malam selang 2 dengan 4 jam?
    Apakah persaudaraan kita dengan saudara kita di Ka’bah yang kebetulan melihat bulan baru pada hari ke 29 dibatasi oleh ketetapan negara. Bukankah seharusnya pemimpin kita memerintahkan kita untuk mengikuti saudara kita yang berjarak 4 jam, dan bukannya menyuruh menyusul saudara kita dengan selang waktu 20 jam? Lebih logis mana menyesuaikan 4 jam dengan menyesuaikan 20 jam?
    ALLAH jua yang Maha Benar.
    Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

  3. ahmad

    Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
    Barokallohufiikum ya akhuna, afwan sebelumnya, mungkin inilah hikmah disuruh tunduknya akal terhadap dalil dan kalimat “islam itu bisa dilogika tetapi jangan gunakan logika dalam berislam”, artinya walaupun logika kita sepertinya lebih “benar” daripada kenyataan yang ada, kita mesti tetap menjadikan dalil-dalil yang shahih sebagai dasar berislam kita bukannya akal untuk mendasari tindakan berislam,secerdas apapun akal seseorang tidak akan mampu membuka semua tabir Yang Maha kuasa, sehingga logis atau tidak logis perintah-Nya kita hanya diperintah untuk “sami’na wa atho’na,kami dengar dan kami taati”,
    Wallohu a’lam bishowab
    Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

  4. anang

    Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
    Paling tidak saya pernah mencatat, ustadz Quraish Shihab di Metro TV, menyampaikan “Kalau pemerintah tidak mau mengikuti saudara-saudara di Makkah yang beda 4 jam atau Mesir yang beda 5 jam, ya… repot”.
    Memang kata “ya….repot” itu saya artikan sebagai “tidak logis”.
    Memang ALLAH Yang Maha Mengetahui.
    Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

  5. rOMz

    Jaman dulu islam hny satu kenapa skrng jd banyak..? Itu mslhnya..bukan rakyat mau ngitung sendiri sendiri. Mashab aja muncul krn pemikiran m anusia stlh wafat Nabi, bahkan stlh kekhalifahan tdk dipimpin oleh 4 yg terdahulu. Perbedaan mmg tdk salah tp perbedaan yg spt ini tdk terjd pd wkt Nabi msh ada. Kenapa tidak kesana kiblatnya..bisa apa kita ini..?? Memikirkan kebenaran sj blm tentu betul, eh malah kebenaran yg sdh dicontohkan Nabi..malah dipertanyakan..

Leave a Comment