Meraih Cita-cita dari yang Terdekat


“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.” (QS Al-Baqarah [2]:201)
Hakikat orientasi kehidupan seorang muslim tidak terlepas dari dua cita-cita besar di atas walaupun akhirat harus lebih diutamakan.

“Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (QS Al-A’la [87]:17) 
Manusia memiliki sifat tergesa-gesa atau senang dengan yang disegerakan. Misalnya segera menerima gaji setelah bekerja, segera ada apresiasi dari lingkungan setelah beramal shalih, segera mendapatkan banyak pendukung ketika berdakwah, dan sebagainya. Yang demikian adalah contoh target jangka pendek yang dicita-citakan mu’min sebelum mencapai tujuan tertinggi, surga Allah di akhirat kelak.

Dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, kadang kita merasa berat dengan apa yang telah dan harus dilakukan sehingga hanya mampu terdiam tanpa melakukan apa-apa untuk meningkatkan kemampuan dari segi kuantitas dan kualitas. Sejak kecil, remaja hingga dewasa, tak ada tambahan hafalan Al-Qur’an yang berarti.
Salafush shalih beranggapan bahwa setiap mu’min pasti membutuhkan Al-Qur’an sebagai penyejuk hati dalam mencari ketenangan, ketentraman dan kenikmatan yang sejati. Untuk mendapatkan hal seperti itu, diperlukan usaha terkecil dan termudah untuk segera dimulai. Kalau belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, misal membedakan huruf shad, dlad, dla, coba targetkan dalam satu bulan untuk mengucapkan satu huruf shad saja sampai benar. Upaya yang dilakukan harus sungguh-sungguh seperti bertanya, mendengar kaset, membaca, talaqqi, atau melalui VCD tahsin tilawah.
Demikian pula dalam usaha menghafal Al-Qur’an, mulailah dengan yang termudah menurut ukuran kita. Dalam bulan ini kita targetkan hafal 1 halaman saja (sementara orang lain yang dikaruniai Allah Swt semangat dan kemampuan menghafal yang tinggi, satu halaman bisa dihafal dalam sehari). Namun bagi kita, itulah kemampuan yang paling pas dan paling mungkin untuk segera dilakukan.
Kiat tersebut dimaksudkan agar kita tidak dibebani perasaan berat, tak mampu, tak berbakat. Mungkin hal itu benar untuk seluruh Al-Qur’an, tapi jika untuk hafal 1 juz saja dalam 1 tahun? Sesungguhnya yakinlah, kita memiliki kemampuan itu.
Perlu dipahami, apakah keengganan jiwa kita untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an itu terhalang oleh kapasitas yang ada di dalam diri kita atau justru terhalang oleh kondisi jiwa kita yang belum dapat menikmati dan menghayati makna Al-Qur’an? Kalau karena kapasitas, latih diri seperti di atas, tapi kalau bukan, maka kita harus banyak bertaubat, beramal shalih serta berdoa agar Allah Swt membersihkan jiwa kita sehingga dapat menerima Al-Qur’an sebagai hidangan Allah Swt yang terlezat dalam kehidupan ini.
[Bagian 10 dari buku 17 Motivasi Berinteraksi dengan Al-Qur’an, karya KH. ‘Abdul ‘Aziz ‘Abdur Ra’uf, Al-Hafidz, Lc]

Share

Related posts

2 Thoughts to “Meraih Cita-cita dari yang Terdekat”

  1. Alhamdulillah saya menemukan situs web yang agamis untuk mengisi jiwa, pikiran dengan yang lebih baik. Amin

  2. Pertebal iman, tawakal dan taqwa dalam ibadah kepada Allah.

Leave a Comment